Menteri Komunikasi dan Informatika Tifatul Sembiring mempertanyakan
mengapa koneksi jaringan telekomunikasi lambat. Operator harus waspada.
Hal itu disampaikannya saat membuka Diskusi ICT For All di Aula Pangeran Kuningan Grha Citra Caraka Telkom, Selasa (22/2/2012).
"Kenapa koneksi jaringan kita lemot? Karena pertumbuhan jumlah pengguna telepon selulernya melebihi jumlah infrastruktur. Ini yang harus diwaspadai oleh operator," katanya.
Menurutnya, pertumbuhan pengguna seluler di Indonesia naik begitu cepat. Bahkan tidak sebanding dengan pertumbuhan pembangunan infrastruktur internet di tanah air.
"Saat ini rasio jumlah telepon seluler dengan jumlah penduduk di DKI Jakarta mencapai 1,8. Jadi rata-rata penduduk Jakarta memiliki dua telepon seluler," kata Tifatul saat memberikan sambutan di
Bahkan, sudah menjadi tren di masyarakat Jakarta untuk membawa telepon seluler lebih dari satu, baik yang mendukung koneksi jaringan GSM, maupun CDMA.
Dengan pertumbuhan jumlah pengguna telepon seluler di tanah air yang semakin cepat, Tifatul meminta kepada para operator untuk meningkatkan kapasitas jaringan yang dimiliki.
Ketidakseimbangan antara pertumbuhan jumlah pengguna telepon seluler dan pertumbuhan infrastruktur akan menyebabkan koneksi jaringan menjadi lambat.
Sekadar catatan, jumlah pengguna telepon seluler di tanah air dari tahun ke tahun naik begitu cepat, mulai dari dua juta penggguna, 10 juta pengguna, 20 juta pengguna, hingga 45 juta pengguna di akhir tahun lalu.
Sementara pertumbuhan infrastruktur jaringan tidak bisa naik secara eksponensial seperti pertumbuhan jumlah pengguna telepon seluler.
Bisnis IT meningkat
Hingga akhir 2011 lalu, bisnis IT menjadi penyokong pertumbuhan ekonomi yang cukup besar bagi Indonesia. Bagaimana tidak, pertumbuhan ekonomi nasional yang hanya sebesar 6,5 persen, industri ICT di Indonesia justru tumbuh 13,2 persen.
"Ini berarti industri ICT bisa tumbuh hampir dua kali lipat dibandingkan pertumbuhan ekonomi nasional. Potensinya begitu besar," kata Tifatul.
Mengutip riset dari Bank Dunia tahun 2009, sekitar 10 persen penetrasi broadband di suatu wilayah akan meningkatkan pertumbuhan ekonomi nasional sekitar 1,38 persen.
Sementara investasi IT di suatu negara yang mencapai 1 persen, akan meningkatkan pertumbuhan ekonomi nasional sebesar 3 persen.
"Dengan pertumbuhan ekonomi nasional dan bisnis ICT yang positif itu, wajar saja negara kita banyak dilirik oleh bangsa lain, bahkan operatornya," jelasnya.
Saat ini, Saudi Telecom Company sudah masuk ke Axis, Qatar Telecom masuk ke Indosat dan Axiata Malaysia masuk ke XL.
"Tidak hanya warga negara kita yang merantau menjadi TKI di luar negeri. Tapi mereka juga mencari makan di sini, tapi melalui operator itu," jelasnya.
Hal itu disampaikannya saat membuka Diskusi ICT For All di Aula Pangeran Kuningan Grha Citra Caraka Telkom, Selasa (22/2/2012).
"Kenapa koneksi jaringan kita lemot? Karena pertumbuhan jumlah pengguna telepon selulernya melebihi jumlah infrastruktur. Ini yang harus diwaspadai oleh operator," katanya.
Menurutnya, pertumbuhan pengguna seluler di Indonesia naik begitu cepat. Bahkan tidak sebanding dengan pertumbuhan pembangunan infrastruktur internet di tanah air.
"Saat ini rasio jumlah telepon seluler dengan jumlah penduduk di DKI Jakarta mencapai 1,8. Jadi rata-rata penduduk Jakarta memiliki dua telepon seluler," kata Tifatul saat memberikan sambutan di
Bahkan, sudah menjadi tren di masyarakat Jakarta untuk membawa telepon seluler lebih dari satu, baik yang mendukung koneksi jaringan GSM, maupun CDMA.
Dengan pertumbuhan jumlah pengguna telepon seluler di tanah air yang semakin cepat, Tifatul meminta kepada para operator untuk meningkatkan kapasitas jaringan yang dimiliki.
Ketidakseimbangan antara pertumbuhan jumlah pengguna telepon seluler dan pertumbuhan infrastruktur akan menyebabkan koneksi jaringan menjadi lambat.
Sekadar catatan, jumlah pengguna telepon seluler di tanah air dari tahun ke tahun naik begitu cepat, mulai dari dua juta penggguna, 10 juta pengguna, 20 juta pengguna, hingga 45 juta pengguna di akhir tahun lalu.
Sementara pertumbuhan infrastruktur jaringan tidak bisa naik secara eksponensial seperti pertumbuhan jumlah pengguna telepon seluler.
Bisnis IT meningkat
Hingga akhir 2011 lalu, bisnis IT menjadi penyokong pertumbuhan ekonomi yang cukup besar bagi Indonesia. Bagaimana tidak, pertumbuhan ekonomi nasional yang hanya sebesar 6,5 persen, industri ICT di Indonesia justru tumbuh 13,2 persen.
"Ini berarti industri ICT bisa tumbuh hampir dua kali lipat dibandingkan pertumbuhan ekonomi nasional. Potensinya begitu besar," kata Tifatul.
Mengutip riset dari Bank Dunia tahun 2009, sekitar 10 persen penetrasi broadband di suatu wilayah akan meningkatkan pertumbuhan ekonomi nasional sekitar 1,38 persen.
Sementara investasi IT di suatu negara yang mencapai 1 persen, akan meningkatkan pertumbuhan ekonomi nasional sebesar 3 persen.
"Dengan pertumbuhan ekonomi nasional dan bisnis ICT yang positif itu, wajar saja negara kita banyak dilirik oleh bangsa lain, bahkan operatornya," jelasnya.
Saat ini, Saudi Telecom Company sudah masuk ke Axis, Qatar Telecom masuk ke Indosat dan Axiata Malaysia masuk ke XL.
"Tidak hanya warga negara kita yang merantau menjadi TKI di luar negeri. Tapi mereka juga mencari makan di sini, tapi melalui operator itu," jelasnya.