Tembok Anti-Tsunami di Tarou, Jepang (paradoxoff.com) |
Ancaman gempa megathrust dan tsunami sudah diantipasi Badan Nasional
dan Penanggulangan Bencana dengan fokus pada infrastruktur evakuasi.
Infrastruktur menjadi fokus mengingat berbagai pengalaman gempa dan
tsunami di beberapa daerah, seperti Aceh, Padang, Simeuleu, dan Meulaboh
mengalami banyak kendala terkait infrastruktur ini.
"Kita utamakan infrastruktur vertikal. Kita bangun shelter. Misalnya, pengalaman Aceh kemarin adalah jalan," ujar Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB, Sutopo Purwo Nugroho di kantornya, Jakarta, Kamis, 19 April 2012.
Perkiraan BNPB, waktu evakuasi masyarakat di daerah pantai rata-rata butuh 40 menit. Sementara ancaman tsunami datang sekitar 20 sampai 35 menit.
"Untuk evakuasi vertikal kami bangun shelter buatan seperti masjid, gereja, bukit buatan yang tingginya di atas gelombang tsunami, sehingga warga dapat menyelamatkan diri sampai kondisi aman," ujar Sutopo. Analisa ini sudah diterapkan di pantai wilayah Jepang.
Shelter akan dibangun di jalan-jalan utama yang rawan dalam jarak 500 sampai 1.000 meter dari bibir pantai. Bukit buatan yang diperkirakan dapat menampung 30 ribu sampai 75 ribu penduduk juga sedang disiapkan.
Untuk sementara, kebutuhan shelter masih dihitung dan dituangkan dalam rencana utama Penanggulangan Gempa Bumi dan Tsunami.
"Kita utamakan infrastruktur vertikal. Kita bangun shelter. Misalnya, pengalaman Aceh kemarin adalah jalan," ujar Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB, Sutopo Purwo Nugroho di kantornya, Jakarta, Kamis, 19 April 2012.
Perkiraan BNPB, waktu evakuasi masyarakat di daerah pantai rata-rata butuh 40 menit. Sementara ancaman tsunami datang sekitar 20 sampai 35 menit.
"Untuk evakuasi vertikal kami bangun shelter buatan seperti masjid, gereja, bukit buatan yang tingginya di atas gelombang tsunami, sehingga warga dapat menyelamatkan diri sampai kondisi aman," ujar Sutopo. Analisa ini sudah diterapkan di pantai wilayah Jepang.
Shelter akan dibangun di jalan-jalan utama yang rawan dalam jarak 500 sampai 1.000 meter dari bibir pantai. Bukit buatan yang diperkirakan dapat menampung 30 ribu sampai 75 ribu penduduk juga sedang disiapkan.
Untuk sementara, kebutuhan shelter masih dihitung dan dituangkan dalam rencana utama Penanggulangan Gempa Bumi dan Tsunami.
"Di Padang misalnya, butuh 300 sampai 500 shelter. Saat ini yang
sudah ada baru 7 shelter. Di Kabupatan Pesisir Selatan baru 3 shelter
dari kebutuhan 68 shelter," ujar Sutopo.
Problem kesadaran masyarakat selama evakuasi juga masih minim. Sutopo menceritakan saat tsunami Aceh, masih ada warga yang mengkhawatirkan harta bendanya ketimbang menyelamatkan diri ke shelter terdekat.
Infrastrukuktur lain yang dibutuhkan yakni jalur evakuasi yang berkontribusi mempermudah warga dalam mencari shelter. Misalnya, Pulau Simueleu memerlukan persiapan 57 jalan mengingat pulau tersebut masih dipenuhi semak belukar, terutama wilayah bagian timur pulau.
"Semua ini bertahap dan akan diselesaikan sampai 2013-2014. Tentunya upaya dari pemda juga ikut membangun infrastruktur evekuasi," tambahnya.
Sutopo tidak lupa berpesan ketika terjadi tsunami, segera cari tempat tinggi terdekat untuk menyelamatkan diri.
Problem kesadaran masyarakat selama evakuasi juga masih minim. Sutopo menceritakan saat tsunami Aceh, masih ada warga yang mengkhawatirkan harta bendanya ketimbang menyelamatkan diri ke shelter terdekat.
Infrastrukuktur lain yang dibutuhkan yakni jalur evakuasi yang berkontribusi mempermudah warga dalam mencari shelter. Misalnya, Pulau Simueleu memerlukan persiapan 57 jalan mengingat pulau tersebut masih dipenuhi semak belukar, terutama wilayah bagian timur pulau.
"Semua ini bertahap dan akan diselesaikan sampai 2013-2014. Tentunya upaya dari pemda juga ikut membangun infrastruktur evekuasi," tambahnya.
Sutopo tidak lupa berpesan ketika terjadi tsunami, segera cari tempat tinggi terdekat untuk menyelamatkan diri.