Masjid Raya Xi'an adalah sebuah masjid raya yang sangat unik, terbesar
dan tertua yang terletak di kota Chang’an yang kini lebih dikenal dengan
kota Xi’an, dan menjadi masjid yang pertama berdiri di Cina. Masjid ini
berdiri pada abad ke 8 Masehi. Masjid Raya Xi'an, yang terakhir kali di
rekonstruksi pada abad ke 18 Masehi, mengikuti arsitektur Cina.
Bentuk bangunannya lebih menyerupai kuil daripada bangunan masjid pada
umumnya. Karenanya menjadi salah satu masjid dengan arsitekturpaling
unik di dunia. Pada tahun 1988 pemerintah Cina menetapkannya sebagai
salah satu bangunan bersejarah terpenting di Cina.
Menurut catatan sejarah pada ukiran kayu pada bagian interiornya, Masjid
Agung Xi’an didirikan tahun 742, pada jaman Dinasti Tang (618 – 907),
di tahun pertama pemerintahan kaisar Tian Bo. Saat itu banyak pedagang
dari Arab dan Persia mendatangi Cina melalui Jalur Sutra. Kemudian para
pedagang tersebut menetap di beberapa kota sperti Guangzhou, Quanzhou,
Hoangzho, Yangzhou, dan Chang’an atau Xi’an. Selain berdagang, mereka
juga berdakwah, menyebarkan ajaran Islam kepada penduduk setempat.
Masjid Agung Xi’an menjadi salah satu jejak bersejarah aktivitas dakwah
mereka. Tak mengherankan jika Cina menjadi tujuan para pedagang muslim
karena Cina disebut dalam salah satu hadits Nabi Muhammad SAW yang
sangat terkenal: “Tuntutlah ilmu hingga ke negeri Cina”.
Masjid Agung Xi’an berdiri di area seluas 12.000 – 13.000 m2. Sedangkan
bangunan masjidnya mempunyai luas yang lebih dari 6.000 m2. Areal masjid
berbentuk empat persegi panjang, memanjang dari Timur ke Barat dan
terbagi menjadi empat area.
Area pertama berupa gerbang kayu setinggi 9 m yang dibuat pada abad
ke-17. Gerbang ini berhadapan dengan tembok yang sangat lebar dengan
dekorasi ukiran tanah liat serta dihiasi atap dari tumpukan genting
mengilap. Pada dua sisinya dihiasi perabot antik yang sangat berharga
buatan jaman dinasti Ming dan Qing.
Area yang kedua terdiri dari tiga pintu batu yang saling berhubungan
berpilar empat. Para pengunjung umumnya dipersilakan melewati area ini.
Saat memasukinya, para pengunjung disambut dengan tulisan yang terdapat
pada puncak pintu pertama, yang dapat diartikan sebagai “The Court of
The Heaven” atau Taman Surga. Pintu tersebut dikelilingi tembok batu
yang berukir indah dengan dua lintasan di dua sisinya yang merupa-kan
peninggalan zaman dinasti Ming. Di belakangnya berdiri dua meja batu
berukir naga. Keduanya sekaligus menjadi prasasti yang menjelaskan bahwa
perbaikan masjid dilakukan pada tahun 1384 dan terjadi atas perintah
kaisar di jaman dinasti Ming dan Qing.
Pada area ketiga terdapat ruang kekaisaran yang merupakan bangunan
tertua di kompleks ini, terdapat batu dengan tulisan huruf Arab tulisan
seorang Imam yang menjelaskan mengenai perhitungan hari berdasarkan
peredaran bulan. Di tengah-tengah halaman berdiri menara menyerupai
pagoda dengan tiga susun atap berwarna biru tosca yang dinamakan
“Introspection Minaret”, atau menara introspeksi, tempat para muazin
mengumandangkan adzan. Sedangkan di sebelah selatan ruang tersebut ada
ruang penerima tamu, tempat diletakkan Al-Qur’an tulisan tangan yang
dibuat pada zaman dinasti Ming beserta sebuah peta tanah suci Mekah yang
berasal dari dinasti Qing.
Sedangkan area keempat yang juga merupakan area terbesar adalah bangunan
untuk ruang shalat. Jama’ah yang dapat ditampung di area ini mencapai
1.000 orang. Ruang ini dilindungi tiga tingkat atap berwarna biru tosca,
berhiaskan ukiran berpola rumput dan bunga-bungaan. Keindahan yang
sekaligus mencekam tampak dari dinding ruangan yang terbuat dari kayu
berpahatkan ayat-ayat Al-Qur’an lengkap dengan huruf Cina maupun Arab.
Benar-benar menakjubkan!
Hingga kini, Masjid Raya Xi’an masih difungsikan sebagai tempat ibadah
kaum muslim dari suku Hui. Saat ini diperkirakan jumlah kaum muslim kota
Xi’an dan sekitarnya mencapai 60.000 orang. (Sumber:
http://alifmagz.com)
2. Masjid Niujie Beijing
Masjid Niujie adalah sebuah masjid bersejarah yang terletak di Beijing,
Republik Rakyat Cina.Masjid yang telah mengalamirenovasi dan perluasan
beberapa kali ini merupakan pusat komunitas Muslim Beijing yang
jumlahnya mencapai 200 ribu jiwa. Arsitekturnya memperlihatkan campuran
desain khas Cina-Islam.Masjid terbesar di Beijing ini juga menjadi titik
awal masuknya Islam di daratan Cina.
Masjid Niujie yang dibangun pada tahun ke-14 masa pemerintahan Tonghe
dari Dinasti Liao (tahun 996) oleh dua orang asal Arab, merupakan masjid
terbesar di antara 68 buah masjid di Beijing. Masjid ini mengalami
beberapa kali perluasan pada masaDinasti Yuan, Ming dan Qing (abad ke-13
sampai 19). Pada tahun 1442 (Dinasti Ming), bangunan masjid diperbaiki
dan pada tahun 1696 (Dinasti Qing) diperluas. Setelah Republik Rakyat
Cina berdiri tahun 1949, Masjid Niujie telah mengalami 3 kali renovasi,
masing-masing di tahun 1955, 1979 dan 1996.
Masjid Niujie yang terletak di Niujie (Jalan Sapi), Distrik Xuanwu,
Beijing, adalah masjid tertua dan paling besar di Beijing. Niujie adalah
wilayah padat berpopulasi 13.000 warga Muslim yang membentang dari
utara ke selatan, sekitar satu mil di sebelah barat Kuil Surga. Kawasan
ini dipenuhi oleh toko-toko yang menjual masakan Muslim oleh penjualnya
yang mengenakan peci putih.[2] Dinamakan Niujie karena warga di wilayah
ini menjual masakan halal, terutama daging sapi maka dinamakan Niujie
atau "Jalan Sapi".
Masjid Niujie memiliki arsitektur bangunan tradisional Cina dan Arab dan
tidak menampilkan figur manusia dan hewan di dalamnya. Luas keseluruhan
komplek masjid mencapai 6000 m². Beberapa komponen bangunannya antara
lain ruangan ibadah, menara azan (bangge lou), menara pengamat bulan
yang berbentuk heksagonal, serta dua buah paviliun tempat ukiran
prasasti.
Gerbang masuk berhadapan dengan tembok besar bertumpuan marmer berwarna
putih yang panjangnya sekitar 40 meter. Menara pengamat bulan yang
terletak di dalam komplek berarsitektur heksagonal dan bertingkat dua.
Menara ini tingginya 10 meter, digunakan untuk mengetahui posisi bulan
guna menentukan kalender Islam contohnya waktu berpuasa. Masjid Niujie
dibangun dengan arsitektur kayu menyimpan beberapa prasasti bersejarah.
Di sebelah menara terdapat ruangan ibadah, aula utama daripada masjid
yang memiliki luas 600 m². Ruangan ini hanya terbuka bagi Muslim dan
berkapasitas untuk 1000 jamaah. Ruangan ibadah menghadap kiblat dan
halamannya berada di sebelah timur.
Interior bangunan didekorasi dengan arsitektur khas Cina dan sentuhan desain Arab.
Arsitektur khas Qing jelas terlihat pada desain aula utama ini.
Langit-langit di depan aula didekorasi dengan panel persegi, yang pada
tiap sudutnya dilukis dengan desain lingkaran berwarna merah, kuning,
hijau dan biru. Pola dekorasi ini serupa dengan pola yang digambar di
aula utama di Istana Terlarang.
Kaligrafi ayat-ayat Al Quran dalam aksara Arab dan Cina, lukisan bunga,
serta hiasan kaca berwarna menghiasi ruangan ini. Ruangan ini hanya
dapat menampung 1000 jamaah dan terdiri atas 3 buah koridor yang lapang.
Terdapat pula 21 buah tiang yang menyangga bagian dalam bangunan.
Ruangan ibadah ini dinamakan juga dengan nama Aula Tungku. Di belakang
ruangan terdapat paviliun heksagonal (segi enam) yang membuat aula utama
tampak seperti tungku, oleh karena itu dinamakan demikian.
Di luar bangunan utama, terdapat dua buah paviliun yang pada salah
satunya terdapat prasasti batu yang menuliskan tentang sejarah masjid.
Prasasti batu tersebut merekam pernyataan Kaisar Kangxi dari Dinasti
Qing setelah dilaksanakannya renovasi besar tahun 1696. Prasasti
tersebut menuliskan tentang tanggal pembangunan masjid serta tanggal
renovasi dan penambahan bangunan di setiap periode sejak Dinasti Liao
(907-1125). Restorasi masjid pada masa pemerintahan Kangxi akhirnya
menjadikan bentuknya yang dipengaruhi arsitektur Qing yang juga terlihat
pada bangunan-bangunan utama yang didesain pada masa itu.
Di bagian selatan komplek terdapat hutan cemara dan 2 buah makam
bertuliskan aksara Arab milik 2 orang imam asal Persia yang berdakwah di
sini, yakni makam Ahmad Burdani (berangka tahun 1320) dan Ali (tahun
1283). Tulisan di makam tersebut sangat penting dalam memaparkan tentang
sejarah Islam di Cina.
Menara adzan (minaret) memiliki 2 tingkat dan terletak di tengah-tengah
halaman. Pada awalnya menara ini dibangun untuk menyimpan teks tulisan.
Pada masa berikutnya mulai digunakan sebagai menara adzan. Saat waktu
salat tiba, muazzin akan naik ke menara dan memanggil orang-orang untuk
beribadah. Selain itu, komplek masjid juga memiliki perpustakaan yang
menyimpan teks Al Quran dan pernah dijadikan sebagai tempat percetakan.
Di sebelah selatan halaman masjid terdapat tempat mengambil air wudhu
untuk pria dan wanita.