MAHASISWA asing belajar tari saman di Belanda |
Pengurus Harian Perhimpunan Pelajar Indonesia Groningen, melaporkan dari Belanda
BELUM lama ini kami dari Perhimpunan Pelajar Indonesia Groningen (PPIG) atas dukungan pihak KBRI Den Haag menyelenggarakan kegiatan yang bertujuan untuk memperkenalkan cita rasa kuliner dan budaya Indonesia kepada masyarakat internasional.
Kegiatan bertajuk “Indonesian Dinner 2012” ini merupakan agenda tahunan PPIG yang mengundang tamu dan mahasiswa dari berbagai negara untuk bersantap malam dengan menu unggulan khas Nusantara.
Daya tarik utama acara tersebut selain suguhan menu khas Indonesia adalah penampilan berbagai tarian, nyanyian, dan seni budaya lainnya yang memanjakan peserta dalam waktu empat jam lebih.
Sebagai salah satu warisan budaya dunia dari Aceh, tentu saja tari saman ikut ditampilkan dalam Indonesian Dinner kali ini. Tarian khas Aceh ini dibawakan dengan sempurna oleh campuran mahasiswi Indonesia yang sedang kuliah di Groningen.
Uniknya, hanya seorang penari yang berdarah Aceh. Selebihnya non-Aceh. Bahkan ada yang baru pertama kali belajar tari saman. Namun yang luar biasa adalah hal itu tidak mengurangi kekompakan dan keindahan gerakan tarian yang selalu mendapatkan tepuk tangan meriah pada setiap jeda gerakannya yang ritmis dan menghentak itu.
Untuk tampil dalam acara Indonesian Dinner kali ini para penari berlatih sejak lama, sehingga tidak heran seusai tampil mereka menuai pujian langsung dari Duta Besar RI untuk Kerajaan Belanda.
Para pejabat KBRI Den Haag dan tamu undangan, yaitu para profesor dan pelaku bisnis pariwisata di Groningen sangat menikmati dan kagum atas daya tarik tari yang dibawakan sebelas mahasiswi dari berbagai bidang dan level pendidikan di Groningen ini.
“What a breathtaking performace, it was wonderful dance!” begitu komentar seorang profesor di Groningen University seusai saman ditampilkan lalu saya menanyakan apa kesan beliau. Dia memuji dengan penuh takjub penampilan tari tersebut yang membuatnya harus menahan napas pada setiap jeda gerakannya.
Setelah semua rangkaian acara selesai, banyak sekali tamu undangan yang ingin foto bareng dengan para penari yang mengenakan baju adat Aceh. Kustum tersebut disediakan oleh KBRI Den Haag. Bahkan, beberapa mahasiswi dari Rusia, Armenia, dan Spanyol memohon untuk diajarkan secara singkat gerakan dasar tari saman. Mereka terlihat sangat antusias mengikuti gerakan yang dicontohkan para penari. Tanpa terlihat takut salah dan malu, mereka terus mengulang-ulang salah satu bagian gerakan tangan yang semula pelan, lalu digerakkan dengan sangat cepat. Meskipun mereka tak menguasainya, namun telah terbukti bahwa tari saman dengan segala pesona dan filosofi kekompakannya telah menjadi daya tarik tersendiri bagi mahasiswa asing lainnya.
BELUM lama ini kami dari Perhimpunan Pelajar Indonesia Groningen (PPIG) atas dukungan pihak KBRI Den Haag menyelenggarakan kegiatan yang bertujuan untuk memperkenalkan cita rasa kuliner dan budaya Indonesia kepada masyarakat internasional.
Kegiatan bertajuk “Indonesian Dinner 2012” ini merupakan agenda tahunan PPIG yang mengundang tamu dan mahasiswa dari berbagai negara untuk bersantap malam dengan menu unggulan khas Nusantara.
Daya tarik utama acara tersebut selain suguhan menu khas Indonesia adalah penampilan berbagai tarian, nyanyian, dan seni budaya lainnya yang memanjakan peserta dalam waktu empat jam lebih.
Sebagai salah satu warisan budaya dunia dari Aceh, tentu saja tari saman ikut ditampilkan dalam Indonesian Dinner kali ini. Tarian khas Aceh ini dibawakan dengan sempurna oleh campuran mahasiswi Indonesia yang sedang kuliah di Groningen.
Uniknya, hanya seorang penari yang berdarah Aceh. Selebihnya non-Aceh. Bahkan ada yang baru pertama kali belajar tari saman. Namun yang luar biasa adalah hal itu tidak mengurangi kekompakan dan keindahan gerakan tarian yang selalu mendapatkan tepuk tangan meriah pada setiap jeda gerakannya yang ritmis dan menghentak itu.
Untuk tampil dalam acara Indonesian Dinner kali ini para penari berlatih sejak lama, sehingga tidak heran seusai tampil mereka menuai pujian langsung dari Duta Besar RI untuk Kerajaan Belanda.
Para pejabat KBRI Den Haag dan tamu undangan, yaitu para profesor dan pelaku bisnis pariwisata di Groningen sangat menikmati dan kagum atas daya tarik tari yang dibawakan sebelas mahasiswi dari berbagai bidang dan level pendidikan di Groningen ini.
“What a breathtaking performace, it was wonderful dance!” begitu komentar seorang profesor di Groningen University seusai saman ditampilkan lalu saya menanyakan apa kesan beliau. Dia memuji dengan penuh takjub penampilan tari tersebut yang membuatnya harus menahan napas pada setiap jeda gerakannya.
Setelah semua rangkaian acara selesai, banyak sekali tamu undangan yang ingin foto bareng dengan para penari yang mengenakan baju adat Aceh. Kustum tersebut disediakan oleh KBRI Den Haag. Bahkan, beberapa mahasiswi dari Rusia, Armenia, dan Spanyol memohon untuk diajarkan secara singkat gerakan dasar tari saman. Mereka terlihat sangat antusias mengikuti gerakan yang dicontohkan para penari. Tanpa terlihat takut salah dan malu, mereka terus mengulang-ulang salah satu bagian gerakan tangan yang semula pelan, lalu digerakkan dengan sangat cepat. Meskipun mereka tak menguasainya, namun telah terbukti bahwa tari saman dengan segala pesona dan filosofi kekompakannya telah menjadi daya tarik tersendiri bagi mahasiswa asing lainnya.