Blangpidie | Ribuan pelayat
tumpah ruah ke kompleks pesantren Darussalam Kecamatan Labuhanhaji,
Kabupaten Aceh Selatan, menghadiri prosesi pemakaman ulama besar Abuya
Prof DR H.Tgk.Muhibuddin Waly, Kamis (9/3) malam.
Jenazah almarhum dimakamkan
malam itu juga di pekuburan keluarga di dalam kompleks pesantren setelah
menjalani salat jenazah di masjid kompleks yang sama dengan imam H.Tgk
Amran Waly, saudara kandung almarhum yang juga Ketua Majelis Pengkajian
Tauhid Tasauf Gampong Pawoy.
Menurut pantauan, mobil ambulance pengangkut jenazah alamarhum yang diberangkatkan Kamis siang dari Banda Aceh bersama ratusan mobil pengiring, tiba di kompleks pesantren pukul 22.50 WIb yang disambut haru oleh ribuan santri dan masyarakat dari berbagai pelosok kabupaten.
Tgk Muhibuddin Waly yang merupakan putra tertua seorang ulama kharismatik Aceh, Abuya Syeikh H Muda Waly Al Khalidy Al-Syafi’iy pendiri Dayah Darussalam Labuhanhaji, itu meninggal dunia Rabu (7/3) sekitar pukul 21.50 Wib pada usia 76 tahun di Rumah Sakit Tgk Fakinah Banda Aceh setelah menjalani perawatan selama 7 jam akibat penyakit diabetes.
Kabar tentang kesepakatan jenazah almarhum dimakamkan di kompleks Pesantren Darussalam Labuhanhaji begitu cepat tersebar luas dan dalam tempo singkat kompleks yang terletak di Gampong Blang Poroh mulai diwarnai kesibukan luar biasa.
Sejak petang itu juga tidak hanya para santri dan santriwati tapi juga ribuan masyarakat dari berbagai lapisan mulai berhimpun di tempat pendidikan agama yang terkenal itu. Sejak selepas magrib menyusul para pelayat dari luar kecamatan berdatangan sejak dari Kecamatan Trumon Timur hingga Labuhanhaji Barat, bahkan juga dari luar kabupaten.
Sementara dari Tapaktuan tampak sejumlah petinggi kabupaten, antara lain, Wakil Bupati Daska Aziz bersama Dandim 0107 Letkol Inf Saripuddin, Dan Sub Den POM Lettu Darodi serta para camat dan tokoh masyarakat serta ulama. Mereka bersama ribuan warga dan santri dengan tekun menunggu kehadiran jenazah almarhum yang semasa hidupnya aktif sebagai ulama pembina tarekat Nakhsakbandiah di Aceh serta negara tentangga Brunei Darussalam dan Malaysia.
Tak Ada Hambatan
"Alhamdulillah, tidak ada hambatan selama di perjalanan sejak berangkat dari Banda Aceh siang tadi," kata Wahyu,SH, putra ketiga dari istri pertama Umi Hadisah (almarhumah) kepada Analisa.
Iring-iringan mobil jenazah yang mencapai sekitar 200-an mobil menurut keterangan tidak hanya mengangkut para pelayat dari berbagai kalangan di Banda Aceh, termasuk sejumlah pejabat, tapi juga dari kabupaten lainnya di sepanjang jalur barat selatan.
"Di beberapa tempat yang dilintasi iringan bertambah panjang dan ini terus berlangsung hingga Abdya," kata Sudarmansyah, warga Blangpidie, Ibukota Kabupaten Aceh Barat Daya (Abdya).
Tiba di kompleks pesantren, jenazah sempat disemayamkan beberapa saat di kediaman almarhum yang berdekatan dengan masjid di lokasi pesantren. Sesaat kemudian diangkut ke masjid untuk disembahyangkan dan selanjutnya dimakamkan di komplek pemakaman keluarga.
Posisi pusara almarhum Prof DR H Tgk Muhibuddin Waly, mantan anggota Dewan Pertimbangan Agung periode 1983-1988 ditempatkan tak jauh dari pusara ayahdanya, Abuya Syeikh H.Muda Waly Al Khalidy As-Syafi’iy.
Syeikh H.Muda Waly Al Khalidy As-Syafi’iy sendiri tutup usia pada 1961 setelah berhasil merintis pendirian dan membina Pesantren Darussalam yang selanjutnya menjadi besar dan dikenal tidak hanya di Aceh, tapi juga di tanah air.
Bahkan, di sini juga didapati banyak santri yang berasal dari sejumlah negara, seperti Malaysia, Thailand maupun Brunei Darussalam. Almarhum Prof DR H Tgk Muhibuddin Waly meninggalkan empat anak dari istri pertama, Umi Hadisah yang telah lebih dulu tutup usia dan empat anak dari istri kedua Hj Salmiati Yunus.
Menurut pantauan, mobil ambulance pengangkut jenazah alamarhum yang diberangkatkan Kamis siang dari Banda Aceh bersama ratusan mobil pengiring, tiba di kompleks pesantren pukul 22.50 WIb yang disambut haru oleh ribuan santri dan masyarakat dari berbagai pelosok kabupaten.
Tgk Muhibuddin Waly yang merupakan putra tertua seorang ulama kharismatik Aceh, Abuya Syeikh H Muda Waly Al Khalidy Al-Syafi’iy pendiri Dayah Darussalam Labuhanhaji, itu meninggal dunia Rabu (7/3) sekitar pukul 21.50 Wib pada usia 76 tahun di Rumah Sakit Tgk Fakinah Banda Aceh setelah menjalani perawatan selama 7 jam akibat penyakit diabetes.
Kabar tentang kesepakatan jenazah almarhum dimakamkan di kompleks Pesantren Darussalam Labuhanhaji begitu cepat tersebar luas dan dalam tempo singkat kompleks yang terletak di Gampong Blang Poroh mulai diwarnai kesibukan luar biasa.
Sejak petang itu juga tidak hanya para santri dan santriwati tapi juga ribuan masyarakat dari berbagai lapisan mulai berhimpun di tempat pendidikan agama yang terkenal itu. Sejak selepas magrib menyusul para pelayat dari luar kecamatan berdatangan sejak dari Kecamatan Trumon Timur hingga Labuhanhaji Barat, bahkan juga dari luar kabupaten.
Sementara dari Tapaktuan tampak sejumlah petinggi kabupaten, antara lain, Wakil Bupati Daska Aziz bersama Dandim 0107 Letkol Inf Saripuddin, Dan Sub Den POM Lettu Darodi serta para camat dan tokoh masyarakat serta ulama. Mereka bersama ribuan warga dan santri dengan tekun menunggu kehadiran jenazah almarhum yang semasa hidupnya aktif sebagai ulama pembina tarekat Nakhsakbandiah di Aceh serta negara tentangga Brunei Darussalam dan Malaysia.
Tak Ada Hambatan
"Alhamdulillah, tidak ada hambatan selama di perjalanan sejak berangkat dari Banda Aceh siang tadi," kata Wahyu,SH, putra ketiga dari istri pertama Umi Hadisah (almarhumah) kepada Analisa.
Iring-iringan mobil jenazah yang mencapai sekitar 200-an mobil menurut keterangan tidak hanya mengangkut para pelayat dari berbagai kalangan di Banda Aceh, termasuk sejumlah pejabat, tapi juga dari kabupaten lainnya di sepanjang jalur barat selatan.
"Di beberapa tempat yang dilintasi iringan bertambah panjang dan ini terus berlangsung hingga Abdya," kata Sudarmansyah, warga Blangpidie, Ibukota Kabupaten Aceh Barat Daya (Abdya).
Tiba di kompleks pesantren, jenazah sempat disemayamkan beberapa saat di kediaman almarhum yang berdekatan dengan masjid di lokasi pesantren. Sesaat kemudian diangkut ke masjid untuk disembahyangkan dan selanjutnya dimakamkan di komplek pemakaman keluarga.
Posisi pusara almarhum Prof DR H Tgk Muhibuddin Waly, mantan anggota Dewan Pertimbangan Agung periode 1983-1988 ditempatkan tak jauh dari pusara ayahdanya, Abuya Syeikh H.Muda Waly Al Khalidy As-Syafi’iy.
Syeikh H.Muda Waly Al Khalidy As-Syafi’iy sendiri tutup usia pada 1961 setelah berhasil merintis pendirian dan membina Pesantren Darussalam yang selanjutnya menjadi besar dan dikenal tidak hanya di Aceh, tapi juga di tanah air.
Bahkan, di sini juga didapati banyak santri yang berasal dari sejumlah negara, seperti Malaysia, Thailand maupun Brunei Darussalam. Almarhum Prof DR H Tgk Muhibuddin Waly meninggalkan empat anak dari istri pertama, Umi Hadisah yang telah lebih dulu tutup usia dan empat anak dari istri kedua Hj Salmiati Yunus.