Jumat, 09 Desember 2011

Wisata Sejarah Melayu di Bireuen Diresmikan


Suasana seminar ketokohan Tun Sri Lanang di gedung Pemerintahan Bireuen, Kamis (8/12). (Aulia Fitri | Harian Aceh)/
Suasana seminar ketokohan Tun Sri Lanang di gedung Pemerintahan Bireuen, Kamis (8/12). 



Bireuen – Melalui Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Kementerian Pendidikan Kebudayaan, pemerintah Nanggroe Aceh Darussalam dan Kabupaten Bireuen, bersama Yayasan Tun Seri Lanang, Jumat (9/12/2011), meresmikan kawasan wisata sejarah Melayu Nusantara.
Peresmian dilakukan di area makam Tun Sri Lanang, yang baru ditemukan tahun 2004, di Kecamatan Samalanga, Kabupaten Bireuen, Provinsi Aceh, dihadiri pejabat provinsi, kecamatan, desa, serta warga di sekitar lokasi. Sehari kemarin, seminar yang membahas ketokohan Tun Seri Lanang digelar di kantor Bupati Bireuen yang dihadiri ahli waris dan pemerhati sejarah dari sejumlah kota di Indonesia, Singapura, dan Malaysia.
Tun Seri Lanang adalah Bendahara (Perdana Menteri) Kerajaan Johor yang ditunjuk oleh Sultan Iskandar Muda seusai penaklukan Kesultanan Aceh di Batu Sawar, Johor Lama, tahun 1613. Dia bernama asli Tun Muhammad dan bergelar Dato’ Bendahara Tun Muhammad dan Orang Kaya Seri Paduka Tun Seberang.
Sebelum memimpin Negeri Samalanga (Bireuen) tahun 1615-1659, Tun Sri Lanang merupakan seorang Bendahara (Perdana Menteri) Kerajaan Johor.
Selain ahli pemerintahan, Tun Seri Lanang juga dikenal sebagai pujangga melalui karya Sulalatus Salatin yang telah diterjemahkan ke dalam 40 bahasa. Kitab itu berisi silsilah raja, tata kelola pemerintahan, dan lainnya dalam bentuk sastra sejarah.
Tun Seri Lanang menurunkan garis keturunan di dua bangsa Malaysia dan Indonesia. Di Malaysia, keturunannya merupakan para sultan di Melayu, seperti Sultan Pahang, Sultan Johor, Sultan Trengganu, dan Sultan Selangor. Sementara di Aceh, Tun Seri Lanang menurunkan darah keberanian dan perjuangannya kepada Pocut Meuligoe, ahli waris ke-5, yang memimpin perlawanan terhadap Belanda hingga terusir dari Samalanga.