Suasana seminar ketokohan Tun Sri Lanang di gedung Pemerintahan Bireuen, Kamis (8/12). |
Bireuen – Melalui Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif,
Kementerian Pendidikan Kebudayaan, pemerintah Nanggroe Aceh Darussalam
dan Kabupaten Bireuen, bersama Yayasan Tun Seri Lanang, Jumat
(9/12/2011), meresmikan kawasan wisata sejarah Melayu Nusantara.
Peresmian dilakukan di area makam Tun Sri Lanang, yang baru ditemukan
tahun 2004, di Kecamatan Samalanga, Kabupaten Bireuen, Provinsi Aceh,
dihadiri pejabat provinsi, kecamatan, desa, serta warga di sekitar
lokasi. Sehari kemarin, seminar yang membahas ketokohan Tun Seri Lanang
digelar di kantor Bupati Bireuen yang dihadiri ahli waris dan pemerhati
sejarah dari sejumlah kota di Indonesia, Singapura, dan Malaysia.
Tun Seri Lanang adalah Bendahara (Perdana Menteri) Kerajaan Johor
yang ditunjuk oleh Sultan Iskandar Muda seusai penaklukan Kesultanan
Aceh di Batu Sawar, Johor Lama, tahun 1613. Dia bernama asli Tun
Muhammad dan bergelar Dato’ Bendahara Tun Muhammad dan Orang Kaya Seri
Paduka Tun Seberang.
Sebelum memimpin Negeri Samalanga (Bireuen) tahun 1615-1659, Tun Sri
Lanang merupakan seorang Bendahara (Perdana Menteri) Kerajaan Johor.
Selain ahli pemerintahan, Tun Seri Lanang juga dikenal sebagai
pujangga melalui karya Sulalatus Salatin yang telah diterjemahkan ke
dalam 40 bahasa. Kitab itu berisi silsilah raja, tata kelola
pemerintahan, dan lainnya dalam bentuk sastra sejarah.
Tun Seri Lanang menurunkan garis keturunan di dua bangsa Malaysia dan
Indonesia. Di Malaysia, keturunannya merupakan para sultan di Melayu,
seperti Sultan Pahang, Sultan Johor, Sultan Trengganu, dan Sultan
Selangor. Sementara di Aceh, Tun Seri Lanang menurunkan darah keberanian
dan perjuangannya kepada Pocut Meuligoe, ahli waris ke-5, yang memimpin
perlawanan terhadap Belanda hingga terusir dari Samalanga.